Duduk terdiam jam sepuluh malam


Dalam heningnya malam dirumah ku, semua orang nampak sudah tertidur lelap..
Hanya ada aku, dan kucingku yang saling beradu tatap..
Sepertinya ia hanya ingin aku peka mengambil makanan untuknya..

Sejatinya pada saat-saat ini, pikiranku mulai menjalar kemana-mana.. biasanya aku menulis dikertas atau notes saja.. tapi kali ini akan aku tuwai supaya bisa tererkam jejak digitalnya..

Setiap hari, sebelum pergi.. hati dan pikiranku selalu bersamaan mengatakan "ayo kita sambut opportunity, possibility, dan another miracle hari ini!" 

Semua menjadi lebih menyenangkan hati setelah mengucap hal itu, sesederhana ngobrol dengan driver taxi online.. dilanjut dengan bertemu client atau kerabat atau bahkan teman.. dan aktivitas lainnya.

Meskipun terkadang aku masih sering mengingat masa-masa dimana aku sangat teramat bahagia sebelum saat ini. Tidak pernah terbayangkan bahwa aku harus kembali ke titik dimana aku tetap bahagia namun tidak sebahagia itu. Lara rasanya bila mengingat betapa aku bahagia saat dimana aku memandang bintang bertaburan dilangit.. Lara rasanya bila mengingat betapa aku bahagia saat aku memandang hamparan laut lepas yang membentang didepan mataku.. membiarkan nyamuk menggigit kulitku dan terbang disamping telingaku.. mengingat betapa damainya telinga ini dibersamai oleh suara nafas lembut sang lautan yang mendayu-dayu..

Nanti setelah aku tersadar bahwa itu sudah berlalu, sudah kemarin, sudah lampau.. aku mempraktikan mindfulness aku tarik napas panjang dan dalam lalu aku hembuskan sebanyak lima kali. Aku mengingat kembali dimana aku saat ini, sedang apa dan harus apa. Ya, aku harus sadar, bahwa aku sedang berada di Ibu Kota. Dengan segala hiruk-pikuknya. 

Sebelum suara klakson-klakson brengsek mengganggu telingaku, aku mencoba untuk mensyukuri betapa senangnya aku diperjalanan ini. Aku akan menjalankan peranku kembali sebagai manusia yang hidup di Ibu Kota. 

Aku tidak ingin banyak cerita tentang aktivitasku disiang hari, karena sangat monoton dan lumayan membosankan.. sepertinya hampir ribuan orang melakukan hal serupa sepertiku. Kecuali olahraga, aku senang menyempatkan diri untuk berolahraga.. Meskipun setiap kali aku berusaha memeras keringatku untuk menghasilkan dopamine, tiba-tiba saja teringat kembali betapa sengsaranya hatiku saat aku duduk didepan rembulan raksasa malam itu.. betapa sengsaranya hatiku karena takut malam itu akan berakhir.. betapa sengsaranya diri ini membayangkan bahwa hari ini akan terjadi.. hari dimana aku kembali di keramaian Ibu Kota.. tanpa rembulan dan damainya angin laut dengan sapaan ombaknya.

Dengan sadar aku bergegas mandi di gym aku sangat kesal kalau harus mengeringkan rambut setelahnya, karena rambutku ini sangat tebal jadi aku harus memakan waktu agak lama untuk membuatnya kering sempurna.. aku harus sadar kali ini! Aku harus menatap diriku sesadar-sadarnya didepan kaca, dan mengeringkan rambutku agar aku cepat kembali kerumah!

Setelah selesai, aku bergegas pulang dan duduk-duduk santai sebelum tidur.

Saat ini, dalam keheningan malam aku ingin mengistirahatkan pikiranku yang lumayan lelah mengingat betapa paradoksnya perasaan yang aku jalani kemarin yang tidak bisa aku bawa sampai hari ini.. 

Pada pukul sepuluh malam ini, aku berterima kasih kepada diri ini yang sudah menciptakan kenangan indah pada hidup ini. Kelak kita bertemu kembali dengan rembulan, bintang bertaburan dan sapaan hangat sang ombak.

Ini belum berakhir, ini hanya titik pemberhentian sejenak sebelum perjalanan selanjutnya dimulai.

Selamat malam diriku.. Tidurlah..


Comments

Popular posts from this blog

Dear, Bayan Alramlawi..